top of page
Gambar penulisBFU

Menilai kesehatan keuangan perusahaan (part3/final)

Pada part 2 kita telah mengulas dan mencoba untuk memahami tentang tentang informasi apa saja yang perlu diperhatikan dari suatu laporan keuangan perusahaan dan bagaimana cara membaca laporan keuangan suatu perusahaan manufaktur.


Sebelum melanjutkan, ada baiknya membaca terlebih dahulu bagian sebelumnya di sini

Pada bagian ini kita akan membahas tentang bagaimana mengukur dan menilai kesehatan keuangan berdasarkan informasi yang terdapat pada laporan keuagan suatu perusahaan.


Beberapa ukuran dan ujian dasar yang biasa dilakukan oleh orang pada umumnya :

  1. Likuiditas

  2. Solvabilitas

  3. % Gross margin

  4. % Operating profit

  5. % EBT

  6. % Pertumbuhan Penjualan

  7. % Pertumbuhan Gross Margin

  8. % Pertumbuhan Operating Profit

  9. % Pertumbuhan EBT

  10. AR days dan AP days

  11. Inventory days

  12. Hedge Ratio atau rasio lindung nilai

  13. ROA

  14. Finance Cost ratio

Likuiditas


Untuk mengetahui tingkat likuiditas perusahaan pada umumnya dapat dihitung dengan cara membagi antar jumlah aktiva lancar perusahaan dengan jumlah kewajiban lancar perusahaan, ukuran ideal hasil perhitungan adalah minimal 1, misalnya perusahaan memiliki total aktiva lancar 1000, dan total kewajiban lancar 800, maka rasio yang diperoleha adalah sebesar 1.25. Namun akan lebih baiknya lagi kita meneliti kembali komponen aktiva lancar dan kewajiban lancar yang terkandung di dalamnya.


Ada kalanya hasil perhitungan likuiditasnya ideal, namun ketika diteliti lebih dalam lagi, kadang kala komponen aktiva lancarnya ternyata terdiri dari persediaan yang jumlahnya besar sekali, efek yang dimiliki untuk dijual kembali, atau dimiliki hingga jatuh tempo dan biaya dibayar dimuka.


Efek yang tersedia untuk dijual memang merupakan kategori aktiva yang lancar, dapat seketika dijual, akan tetapi memiliki resiko yang cukup tinggi terutama ketika harga efek sedang mengalami bearish atau tekanan jual sementara perusahaan membutuhkan dana untuk melakukan pembayaran hutang yang jatuh tempo, oleh karena itu meskipun memenuhi syarat ideal rasio, namun apabila komponen aktiva lancar perusahaan terdiri dari efek yang dimiliki untuk dijual kembali atau dimiliki hingga jatuh tempo yang cukup atau sangat besar tentu perlu dipertimbangkan kembali.


Sama halnya dengan persediaan, meskipun tingkat rasio likuiditas perusahaan memenuhi kriteria ideal, namun apabila total aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan kebanyakan berisi persediaan, tentu hal ini perlu menjadi pertimbangan evaluasi, karena pada umumnya tidaklah mudah untuk mencairkan persediaan menjadi kas dan setara kas dalam waktu singkat, lebih lanjut tingkat persediaan yang dimiliki oleh perusahaan yang terlalu tinggi tentu akan menjadi beban keuangan dan kinerja perusahaan, Tingkat persediaan yang ideal akan dibahas pada bagian inventory days.


Demikian juga halnya dengan biaya dibayar dimuka, jadi intinya adalah kita perlu meneliti kembali komponen apa saja yang dimiliki dalam suatu aktiva lancar perusahaan, demikian juga kewajiban lancar perusahaan.


Solvabilitas


Solvabilitas dikenal juga dengan ratio leverage yang mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kreditur perusahaan tersebut, tujuannya adalah untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang.


Untuk menghitungnya Anda dapat membagi antara total kewajiban perusahaan dengan total modal bersih yang dimiliki oleh perusahaan atau lebih dikenal dengan Debt to Equity Ratio, angka ideal yang umumnya disarankan adalah maksimal 1, namun hal ini kembali lagi tergantung kepada jenis industri yang dijalankan oleh perusahaan.


Ratio solvabilitas yang terlampau tinggi pada umumnya akan diikuti oleh beban keuangan yang tinggi pula, apabila melampai batas kemampuan perusahaan untuk membayar kembali hutang dan pinjaman yang dimiliki oleh perusahaan dan atau bahkan kemampuan untuk membayar biaya bunga pinjaman, maka hal ini tentu harus menjadi perhatian, akan tetapi tentu kita perlu melihat lebih rinci lagi komponen apa saja yang ada dalam total kewajiban dan modal yang dimiliki.


Ada kalanya dari total kewajiban yang dimiliki oleh perusahaan mayoritas terdiri dari hutang usaha, sementara modal yang dikeluarkan oleh perusahaan relatif lebih rendah dari total hutang, sehingga apabila dihitung seakan - akan tidak memenuhi kriteria ideal, oleh karena itu kita perlu melihat kembali apakah total hutang yang kebanyakan terdiri dari hutang usaha itu diimbangi dengan total piutang usaha, persediaan dan kas dan setara kas yang dimiliki, jika memenuhi, maka hal ini tidak perlu menjadi kekhawatiran kita, akan tetapi apabila ternyata selain tidak memenuhi serta mayoritas terdiri dari pinjaman baik yang berasal dari lembaga keuangan maupun bukan, tentu hal ini harus dan patut diwaspadai, apalagi diikuti oleh biaya keuangan yang tinggi yang melebihi kemampuan membayar kembali perusahaan.


% Gross margin


Merupakan perbandingan antara selisih dari penjualan bersih dan Harga Pokok penjualan dengan tingkat penjualan bersih, rasio ini bertujuan untuk memberikan gambaran kepada kita berapa % sisa dari hasil penjualan yang dapat dimiliki oleh perusahaan dan seberapa efisien perusahaan dalam menghasilkan produk yang akan dijual, semakin tinggi % gross margin perusahaan, maka akan semakin baik pula dampaknya terhadap kesehatan dan kinerja keuangan perusahaan, namun kembali lagi tergantung pada jenis usaha dan industri yang digeluti.


Pada umumnya biaya yang paling memberikan pengaruh kepada gross margin perusahaan adalah biaya bahan baku dan kemasan, tenaga kerja untuk produksi serta biaya overhead pabrik yang harus dikeluarkan, seperti biaya energi, depresiasi, telekomunikasi dan beberapa biaya terkait lainnya.


Disamping itu, kita juga perlu membandingkan % gross margin yang diperoleh dengan % gross margin perusahaan lain yang bergerak di bidang yang sejenis, tujuannya adalah untuk melihat apakah perusahaan telah memenuhi benchmark % gross margin dan memiliki tingkat efisiensi produksi dan penjualan yang pada umumnya, dan akan lebih baik lagi jika dapat melampaui benchmark % gross margin pada umumnya.


% Operating profit


Merupakan perbandingan antara keuntungan setelah harga pokok penjualan, beban distribusi atau logistik dan penjualan serta beban administrasi dengan penjualan bersih, semakin tinggi ratio yang diperoleh maka akan semakin baik. Tujuan perhitungan ini adalah untuk mengetahui berapa efisien dan efektif perusahaan dalam mencapai suatu penjualan.


% EBT


Merupakan perbandingan antara selisih operating profit dan beban atau pendapatan lain-lain dengan penjualan bersih, yang termasuk di dalam beban atau pendapatan lain - lain diantaranya adalah beban atau pendapatan bunga, beban selisih kurs mata uang asing, beban atau keuntungan karena penghapusan atau penjualan aktiva dan beban atau pendapatan lainnya. Yang paling umum dalam beban dan pendapatan lainnya adalah beban atau pendapatan bunga dan selisih kurs


Lebih lanjut, tujuan dilakukan perhitungan % EBT adalah untuk mengetahui berapa sisa hasil usaha perusahaan setelah dikurangi seluruh biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan sebelum pajak.


% Pertumbuhan Penjualan


Mengetahui pertumbuhan penjualan perusahaan merupakan hal yang sangat penting, tanpa pertumbuhan penjualan yang mumpuni dan berkelanjutan maka boleh dikatakan tidak akan ada peluang investasi di dalamnya, nilai perusahaan yang dicerminkan dalam setiap lembar saham tidak akan memiliki peluang untuk tumbuh dan berkembang, bahkan harganya malahan akan cenderung mengalami penurunan.


Mengukur pertumbuhan penjualan perusahaan juga bukan hanya membandingkan antara dua periode kinerja, akan tetapi akan lebih baik jika kita mengukur dan membandingkan kinerja minimal 5 tahun terakhir, sehingga kita lebih memiliki gambaran yang lebih utuh.


% pertumbuhan penjualan dapat kita peroleh dengan membandingkan selisih antara penjualan tahun ini dan tahun sebelumnya dengan tahun sebelumnya. Pertumbuhan penjualan yang konsisten dan stabil akan lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan yang volatile.


Disamping itu, kita juga dapat membandingkan pertumbuhan penjualan perusahaan dengan pertumbuhan penjualan perusahaan lain yang bergerak di industri dan jenis usaha yang sama, sehingga kita dapat mengetahui apakah kinerja penjualan perusahaan telah sesuai dengan perkembangan dan kondisi pasar saat itu.


% Pertumbuhan Gross Margin


% pertumbuhan gross margin dapat kita peroleh dengan membandingkan selisih antara gross margin tahun ini dan tahun sebelumnya dengan gross margin tahun sebelumnya dikalikan dengan 100. Mengukur pertumbuhan gross margin perusahaan tidak kalah penting dengan dengan mengukur % pertumbuhan penjualan, dengan mengetahui pertumbuhan gross margin perusahaan selama paling tidak 5 tahun terakhir, maka kita dapat memperoleh gambaran dan lebih dapat memahami tentang kondisi, kinerja dan tata kelola perusahaan.


Ada kalanya ketika penjualan mengalami pertumbuhan yang positif dan baik akan tetapi tidak diikuti dengan pertumbuhan margin perusahaan, kadang juga kondisi sebaliknya dapat terjadi ketika penjualan tidak mengalami pertumbuhan atau bahkan mengalami pelemahan namun marginnya mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan, jika kondisi ini terjadi perlu dipelajari lebih lanjut apa penyebabnya, apakah penyebab itu sifatnya hanya karena seasonal atau dapat bersifat jangka panjang, terutama yang dapat menurunkan nilai perusahaan serta langkah perbaikan apa yang akan dilakukan oleh perusahaan, misalnya ketika penjualan perusahaan mengalami pertumbuhan yang baik akan tetapi tidak diikuti oleh pertumbuhan gross marginnya, ternyata misalnya dikarenakan supply chain management perusahaan yang kurang efektif dan efisien.


Dengan adanya pertumbuhan penjualan tanpa diikut pertumbuhan gross margin ada kemungkinan masalah dalam pengelolaan operational perusahaan, sebaliknya dengan adanya pertumbuhan margin perusahaan tanpa ada pertumbuhan penjualan maka perlu diwaspadai dan ditelti lebih dalam apa penyebabnya dan ada kemungkinan kesinambungan pertumbuhan gross margin tidak berkelanjutan, dan tanpa adanya pertumbuhan gross margin maka tidak ada peluang nilai perusahaan dapat tumbuh berkembang yang pada akhirnya investasi tidak akan berkembang.

% Pertumbuhan Operating Profit


Tanpa pertumbuhan penjualan dan gross margin perusahaan, rasanya mustahil akan diperoleh pertumbuhan operating profit perusahaan, selanjutnya tanpa pertumbuhan operating profit rasanya mustahil nilai perusahaan dapat meningkat, oleh karena itu sama pentingnya dengan pertumbuhan penjualan dan gross margin perusahaan untuk mengukur dan mengetahui berapa besar pertumbuhan operating profit perusahaan.


Dengan mengukur dan mengetahui berapa % pertumbuhan operating profit perusahaan maka kita dapat mengetahui seberapa baik manajemen perusahaan dalam mengelola dan memanfaatkan setiap biaya yang dikeluarkan dalam rangka untuk mencapai suatu target pertumbuhan penjualan.


% Pertumbuhan EBT


Terkadang perusahaan memiliki pertumbuhan yang baik mulai dari penjualan, gross margin hingga operating profit, tapi ketika pada level EBT atau keuntungan bersih sebelum pajak tidak demikian, hal ini mungkin disebabkan masalah seperti biaya keuangan yang terlampau tinggi, manajemen resiko mata uang asing yang kurang memadai, kerugian karena investasi, misalnya pada efek tertentu dan penyebab lainnya.


Ketika kita menemui pertumbuhan EBT yang payah yang tidak sejalan dengan pertumbuhan penjualan, gross margin dan operating profit, maka kita perlu melihat dahulu apa penyebabnya, jika karena biaya keuangan yang terlampau tinggi, maka kita perlu melihat apakah ada kemungkinan perusahaan dapat memperbaiki kondisi itu dan berapa lama kemungkinan pertumbuhan itu dapat dipertahankan, kita dapat melihat dan mempertimbangkannya melalui apakah perusahaan telah menjalankan manajemen persediaan, manajemen piutang dan manajemen aset dengan baik, dan paling tidak semuanya telah menunjukan ke arah perbaikan dan telah tercermin pada cash flow perusahaan, jika kondisinya demikian, maka kemungkinan kinerja pertumbuhan EBT akan membaik di waktu yang akan datang, selain itu juga tergantung seberapa besar pinjaman yang dimiliki dan berapa cepat perusahaan dapat mengembalikannya serta apakah ada kemauan dari pengelola untuk segera melunasinya.


Sama halnya dengan yang disebabkan oleh kerugian karena nilai tukar mata uang asing, kita perlu melihat berapa besar pendapatan perusahaan dalam mata uang asing, berapa baik manajemen resiko mata uang asing serta berapa besar hutang yang dimiliki dalam mata uang asing yang bersangkutan, jika hutangnya sangat tidak berimbang dengan pendapatannya dalam mata uang asing yang bersangkutan serta tidak memiliki manajemen mata uang asing yang baik, lebih baik dihindari dahulu terutama ketika stabilitas ekonomi makro sedang mengalami kontraksi atau tekanan.


AR days dan AP days


AR days dan AP days memberikan informasi mengenai berapa lama umur piutang dan hutang yang dimiliki oleh perusahaan, idealnya antara umur piutang dan hutang itu berimbang atau tidak terpaut terlampau jauh, jika umur piutang jauh lebih lama dari umur hutang, tentu akan memberikan dampak kenaikan biaya keuangan. Pada umumnya umur piutang usaha biasanya sedikit lebih panjang dari umur hutang dagang perusahaan.


Untuk memperkirakan rata-rata umur piutang tidaklah sulit, cukup kita mengetahui berapa rata-rata penjualan bersih yang diperoleh perusahaan dan berapa total piutang yang dimiliki oleh perusahaan pada suatu periode tertentu, perlu diingat bahwa piutang yang dilaporkan oleh perusahaan di dalamnya mengandung PPN atau pajak pertambahan nilai (sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan), oleh karena itu perlu kita keluarkan dari perhitungan, lalu kita membagi total piutang dagang perusahaan pada periode tertentu itu dengan rata-rata penjualannya, misalnya berdasarkan laporan keuangan per 30 September diketahui bahwa total piutang dagang perusahaan adalah Rp.1.200.000.000,- (tidak termasuk PPN) sementara penjualan bersih perusahaan hingga periode 30 September adalah sebesar Rp.9.500.000.000,- atau secara rata-rata penjualan perusahaan per bulannya adalah sebesar Rp.1.055.555.555,-, maka rata-rata umur piutang dagang perusahaan adalah 1.13 bulan. Perlu juga diingat bahwa di dalam piutang dagang perusahaan juga telah terkandung margin perusahaan.


Sama halnya dengan memperkirakan rata-rata umur hutang dagang perusahaan, cukup kita membagi total hutang yang dimiliki oleh perusahaan dalam suatu periode dengan rata-rata pembelian setiap bulan atau agar lebih mudah kita juga dapat menggunakan rata-rata harga pokok penjualan perusahaan setiap bulannya. Namun perlu dingat bahwa hutang dagang yang disajikan dalam suatu perusahaan biasanya mengandung PPN (tergantung pada status supplier perusahaan apakah PKP atau bukan) dan harga pokok penjualan di dalamnya mengandung biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik, sementara kedua biaya ini biasanya telah dilunasi setiap akhir periode, oleh karena itu perhitungan ini sifatnya hanya perkiraan.


Inventory days


Tujuan untuk menghitung inventory days adalah untuk mengetahui seberapa baik perusahaan dalam mengelola persediaan yang dimilikinya, semakin panjang atau lama umur persediaan perusahaan, maka semakin tinggi pula biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan, misalnya biaya untuk perawatan dan penyimpannya, biaya untuk memperolehnya, biaya asuransi dan beberapa biaya terkait lainya.


Umur persediaan perusahaan pada dasarnya relatif berkisar 1 hingga 2 bulan dan tergantung pada jenis industrinya, karena dalam menentukan target umur persediaan, terdapat banyak faktor yang perlu dipertimbangkan, misalnya fluktuasi harga, waktu yang dibutuhkan untuk pengadaannya dan sebagainya, namun agar kita memiliki referensi, kita dapat membandingkannya dengan industri yang sejenis.


Cara menghitung umur persediaan juga tidaklah sulit, kita dapat membagi total nilai persediaan yang dimiliki oleh perusahaan pada suatu periode tertentu dengan rata-rata harga pokok penjualan perusahaan. Perlu diketahui, cara ini bersifat perkiraan, karena di dalam harga pokok penjualan terkandung biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik, akan tetapi biasanya cara ini sudah cukup efektif untuk mengetahui rata-rata lamanya umur persediaan.


Hedge Ratio atau rasio lindung nilai


Sudah menjadi suatu kewajaran ketika suatu perusahaan memiliki asset dan liabilities dalam mata uang asing, mengingat di era globalisasi ini, batasan wilayah usaha dan perdagangan semakin luas dari waktu ke waktu hingga lintas Negara dan benua, namun yang terpenting di sini adalah seberapa baik perusahaan dalam mengelola hutang dan harta yang dimiliki dalam mata uang asing, terutama ketika terjadi gejolak nilai tukar mata uang, sehingga imbas negatif berupa kerugian karena nilai tukar yang mungkin timbul pada kinerja perusahaan dapat diminimalisir.


Ada perusahaan yang melakukannya dengan natural hedging dengan menjaga keseimbangan antara harta dan kewajiban yang dimilikinya dalam mata uang asing, menurut kami minimal perbandingan antara harta dan kewajiban dalam mata uang asing adalah 0.75, dan akan lebih baik lagi jika dapat melebihi rasio tersebut serta berdasarkan sifat likuiditasnya harta yang dimiliki dalam mata uang asing cukup untuk menutupi hutang yang akan jatuh tempo dalam mata uang asing dalam 3 bulan ke depan, misalnya total harta yang dimiliki dalam mata uang asing adalah 75, sementara hutang dalam mata uang asing adalah 100, maka rasionya menjadi 0.75.


Ada juga perusahaan yang melakukan lindung nilai kepada lembaga keuangan lainnya atas selisih antara harta dan hutang yang dimiliki dalam mata uang asing, tentunya cara ini memerlukan biaya tersendiri, dan biasanya minimal 25 % dari selisih antara harta dan hutang yang akan jatuh tempo dalam waktu 3 bulan ke depan.


ROA (Return on Assets)


Untuk menghitung ROA adalah dengan membagi laba bersih setelah pajak dengan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu.


Tujuan untuk menghitung ROA adalah untuk mengukur seberapa efisien dan efektif perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimiliki untuk mencetak laba perusahaan, semakin tinggi ROA tentu akan semakin baik, namun berapa nilai minimum atau nilai ideal yang harus dipenuhi dari ROA suatu usaha sulit untuk ditentukan, yang paling mudah dan bisa kita lakukan adalah membandingkanya dengan industri sejenis.


Finance Cost ratio


Adalah wajar suatu perusahaan melakukan pinjaman kepada lembaga keuangan maupun bukan atau dengan cara menerbitkan surat hutang untuk menunjang kegiatan operasional perusahaan, namun yang terpenting adalah apakah pinjaman yang ada itu efektif dan efisien dalam mencapai tujuan perusahaan dan apakah biaya yang timbul dari pinjaman itu dapat ditutup dengan hasil keuntungan yang diperoleh perusahaan, disamping itu, apakah arus kas yang dihasilkan oleh perusahaan dapat mengembalikan hutang sekaligus biaya bunga yang timbul setiap saat jatuh tempo.


Untuk mengukur efektifitas dan efisiennya suatu pinjaman terhadap kinerja perusahaan, mungkin kita dapat membandingkan rasio antara besarnya biaya keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan dengan laba bersih setelah pajak yang diperoleh perusahaan dari suatu periode ke periode berikutnya, biasanya jika pinjaman itu efektif dan efisien, maka rasionya akan semakin menurun


Demikian tentang menilai kesehatan keuangan suatu perusahaan sebagai salah satu syarat investasi saham (part 3/final), untuk diskusi, opini dan pertanyaan dapat diajukan di sini


Untuk konsultasi dapat diajukan di sini


Baca juga tentang tips investasi saham di sini

22 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua

Comments


bottom of page