Ekonomi Indonesia di 2019 diperkirakan masih dipengaruhi oleh beberapa hal :
Penyelesaian perselisihan dagang antara Amerika dan Tiongkok
Kebijakan suku bunga The Fed
Kebijakan OPEC
Perselisihan dagang Amerika vs China
Sengketa dagang antara Amerika dan Tiongkok jika terus berlanjut dapat semakin meningkatkan faktor ketidakpastian ekonomi global, khususnya ketidakpastian untuk kedua negara, mengingat perekonomian kedua negara adalah perekonomian terbesar di dunia yang diperkirakan menyumbang lebih kurang 40 % - 50 % dari perekonomian dunia, maka apa yang terjadi pada kedua negara itu akan memberi dampak pada perekonomian negara lain, salah satunya Indonesia.
Perang dagang diantara kedua negara itu memiliki dampak sistemik, akumulatif dan seperti bola salju yang dapat semakin membesar, jika skalanya terus membesar dan memburuk serta dalam jangka waktu yang panjang, tentu akan mempengaruhi perekonomian kedua negara, para investor dapat menangguhkan rencana investasi karena situasi yang tidak kondusif, membuat harga barang menjadi mahal dan menekan daya beli karena saling mengenakan tarif tambahan, menurunkan tingkat pertumbuhan konsumsi, menurunkan laju pertumbuhan penciptaan lapangan kerja baru dan masih banyak efek beruntun lainnya yang pada akhirnya menahan laju pertumbuhan ekonomi, kondisi ini tidak tertutup kemungkinan akan berimbas ke negara lain sehingga dapat menganggu pertumbuhan dan stabilitas perekonomian dunia.
Laju pertumbuhan ekonomi yang melambat, akan memberi dampak penurunan permintaan komoditi dunia, yang pada akhirnya akan memberi pengaruh pada harga, di sisi lain ekspor Indonesia masih cukup didominasi oleh ekspor komoditi, seperti CPO, karet, batu bara, dan beberapa komoditi lainnya. Penurunan permintaan yang sekaligus diikuti oleh penurunan harga diperkirakan akan memberikan dampak pada pendapatan devisa, apalagi import lebih besar dari pada ekspor, kondisi ini akan memberikan tekanan pada Rupiah. Besarnya tekanan tergantung pada berapa besar defisit neraca perdagangan dan kebijakan ekonomi dan keuangan otoritas yang berwenang untuk memitigasi tekanan itu. Pelemahan Rupiah yang terlampau dalam dapat berakibat pada biaya investasi yang membengkak, menurunkan daya beli, meningkatkan biaya keuangan, meskipun di sisi lain menguntungkan bagi pelaku industri yang bahan bakunya berasal dari dalam negeri dan penjualannya ekspor, akan tetapi dampak pelemahan Rupiah sepertinya jauh lebih tidak menguntungkan.
Namun negosiasi yang sedang berlangsung saat ini meskipun sepertinya sulit untuk mencapai kata sepakat yang diinginkan oleh kedua belah pihak dalam waktu dekat telah memberikan angin segar dan optimisme bagi pelaku pasar, meskipun kondisinya bisa saja berubah sewaktu-waktu, akan tetapi Tiongkok diperkirakan lebih mengutamakan jalur negosiasi untuk mengurangi ketegangan ini. Tiongkok mungkin akan memenuhi beberapa tuntutan dari Amerika seperti mengurangi defisit neraca perdagangannya terhadap Tiongkok dengan membuka pasar Tiongkok yang lebih besar, hanya saja jika hasil negosiasi belum memenuhi paling tidak sebagian tuntutan dari Amerika hingga gencatan senjata yang disepakati oleh kedua belah pihak pada tanggal 01 Maret 2019 ini, maka tidak tertutup kemungkinan ketegangan di antara keduanya akan kembali meningkat.
Turbulensi dari faktor ini diperkirakan masih tetap ada di tahun 2019 ini.
Kebijakan Suku Bunga The Fed
Kebijakan suku bunga The Fed seperti kita ketahui sangat memiliki pengaruh terhadap stabilitas perekonomian dunia. Kenaikannya tergantung pada perekonomian Amerika itu sendiri, The Fed akan terus menyesuaikan tingkat suku bunganya untuk mencegah perekonomiannya dari kondisi overheating jika laju penciptaan lapangan kerja terus membaik, inflasi meningkat, laju pertumbuhan ekonomi yang tumbuh pesat, tingkat upah yang meningkat dengan cepat dan beberapa indikator ekonomi lainnya yang menunjukan pertumbuhan positif yang terlalu cepat.
Kenaikan suku bunga The Fed dapat memberikan tekanan pada nilai tukar Rupiah, sehingga untuk mengurangi tekanan itu, akan diikuti oleh kenaikan suku bunga BI, kenaikan suku bunga BI tentu memiliki konsekuensi tersendiri, dapat meningkatkan biaya investasi yang sekaligus dapat mengurangi laju pertumbuhan investasi, menekan daya beli, meningkatkan biaya keuangan, mengurangi laju pertumbuhan lapangan kerja dan hal lainnya yang semuanya itu pada akhirnya dapat mengorbankan pertumbuhan ekonomi.
Perang dagang yang telah mulai berlangsung awal tahun 2018 sepertinya mulai memberikan dampak pada perekonomian Amerika, The Fed sepertinya akan mulai mempertimbangkan laju kenaikan suku bunganya di tahun 2019 ini, jika kondisinya memburuk, tidak tertutup kemungkinan The Fed akan mengevaluasi kembali laju peningkatan suku bunganya.
Pengaruh suku bunga The Fed di tahun ini diperkirakan akan jauh berkurang dibandingkan tahun lalu.
Kebijakan OPEC
Negara OPEC memiliki kepentingan terhadap harga komoditi minyak bumi, karena pendapatannya masih sangat banyak tergantung pada minyak, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menyeimbangkan jumlah pasokan ke dalam pasar.
Pertumbuhan harga minyak yang tinggi dapat memacu laju pertumbuhan ekonomi sekaligus inflasi, kondisi ini akan menjadi alasan bagi The Fed untuk menyesuaikan tingkat suku bunganya, oleh karena itu harga minyak memiliki peran penting dalam perekonomian dunia. Kenaikan yang terlalu tinggi dan cepat juga bukan merupakan hal yang positif, demikian juga sebaliknya.
Karena faktor perang dagang, pasokan dan persediaan minyak dunia saat ini serta kebijakan suku bunga The Fed, kebijakan pemotongan pasokan sepertinya belum terlalu dapat memberi pengaruh pada kenaikan harga minyak yang signifikan di tahun ini, kecuali perselisihan perang dagang memiliki progress yang signifikan itu terjadi.
Comments