Banyak yang sudah mengerti hubungan antara nilai tukar mata uang suatu negara dengan harga obligasi negara itu, namun barangkali penjelasan ini bermanfaat apabila ada yang saat ini belum memahaminya.
ketika nilai mata uang suatu negara menguat terhadap nilai tukar mata uang internasional dalam hal ini USD, biasanya akan diikuti oleh kenaikan harga obligasi yang berasal dari negara tersebut, demikian juga sebaliknya, ketika nilai tukar mata uang negara itu melemah terhadap USD, harga obligasinya akan ikut turun. kenapa demikian ?
ketika investor asing masuk ke pasar obligasi suatu negara, biasanya mereka akan membawa mata uang internasional, dalam hal ini USD, misalkan mereka masuk ke pasar obligasi Indonesia, katakanlah saat itu nilai tukar untuk 1 USD akan mendapatkan Rupiah sebanyak Rp.14.500. dan investor itu membeli obligasi dengan nilai tukar seharga itu, karena nilai tukar mata uang Rupiah cenderung menguat, misalkan 1 USD = Rp.13.500, maka apabila investor menjual obligasi itu, uang yang dimiliki oleh investor itu menjadi USD 1.074 (14.500/13.500), atau mendapatkan keuntungan USD 0.074, semakin besar penguatan nilai tukar mata uang suatu negara, semakin besar keuntungan yang akan diperoleh investor, tinggal dikalikan saja berapa jumlah unit obligasi yang dibelinya, belum lagi investor akan mendapatkan tambahan keuntungan yang diperolehnya dari kupon/bunga, kecenderungan penguatan nilai tukar mata uang Rupiah akan mendorong investor lain untuk ikut masuk ke dalam pasar obligasi Indonesia sehingga hal ini akan mendorong kenaikan harga obligasi dikarenakan adanya peningkatan volume permintaan.
Apakah peluang ini hanya dimanfaatkan oleh investor asing ? tidak tertutup kemungkinan investor lokal juga dapat memanfaatkan peluang ini.
Harga obligasi yang dimaksud di sini adalah harga obligasi yang berdenominasi mata uang negara yang bersangkutan.
apa yang mempengaruhi nilai tukar mata uang suatu negara terhadap USD dan mata uang negara lainnya ? ikuti terus ulasannya di analisa yang akan datang...
Kommentare